Pernah mendengar orang memanggil dengan sebutan Encik di Wakatobi?
Rasanya tidak ya. Sepertinya itu salah satu sebutan yang akrab bagi orang Melayu.
Nah, namun di Pulau Tomia, sebutan ini tidak asing bagi sebagian orang.
Apa buktinya?
Di hutan adat Desa Kahianga Kecamatan Tomia Timur ditemukan makam yang dikenal dengan Makam Ince (Encik) Sulaiman. Sebagian masyarakat Tomia menyebutnya dengan sebutan Moori (Tuan).
Jarak dari
desa kurang lebih 30 meter. Tepatnya makam ini berada pada titik 05° 45.240’ LS dan 123°56. 943’ BT.
Memiliki ukuran yakni panjang 440 cm, lebar 270 cm, tinggi 110 cm, dan
tebal 100 cm.
Makam ini disemen pada tahun 1965. Selanjutnya ditehel
pada tahun 2001. Di belakang kuburan ada dinding benteng Suo-Suo.
Di
samping itu juga banyak pohon besar yang hidup di sekitar makam, mulai dari beringin, kapuk, rita, jati, nipah dan ketapang dan pohon besar
lainnya. Sehingga suasana di makam ini terasa sejuk karena ditutupi oleh
pohon besar.
Pertanyaannya: Kok ada Encik di Tomia?
Ada yang menyebutnya beliau, Encik Sulaiman merupakan tokoh yang melakukan syiar Islam di Pulau Tomia.
Beliau, Sang Encik dari mana asalnya?
Tidak diketahui pasti, namun merujuk pada sebutan Encik-nya, dapat dilacak dari beberapa sumber informasi.
Dari artikbbi disebutkan bahwa Encik artinya: 1 kata sapaan (sebutan) untuk orang laki-laki atau perempuan yg sedang kedudukannya atau yg tidak dikenal; 2 kata sapaan (sebutan untuk guru wanita); 3 kakak.
Sementara itu, dari sumber Bukit Tinggi Van Agam, menyebutkan bahwa,
Encik, digunakan untuk
memanggil perempuan yang belum menikah. Berlainan dengan orang Malaya
(Tanah Semenanjung/ Malaysia) yang menggunakan panggilan ini untuk
lelaki.
Dengan demikian, apakah Sang Encik Sulaiman berasal dari Tanah Semenanjung/Malaya? Mungkin perlu penelusuran lebih lanjut.



0 comments:
Posting Komentar