Selasa, 22 Juni 2021

YANEDAN adalah nama desa yang terletak di Kushira-cho Kota Kanoya yang terletak di Semenanjung Osumi, Prefektur Kagoshima, Jepang. Kesempatan berkunjung, melalui Program Pelatihan “Training For Young Leaders”, tepatnya pada hari keempat selama pelatihan di Prefektur Kagoshima, 23 September 2009. 

Secara umum, materi sepanjang pelatihan di jepang ini sangat menarik dan berkesan untuk menjadi pelajaran berharga bagi seluruh peserta, khususnya saya peribadi. Namun, dalam kesempatan ini, saya hanya ingin menyampaikan pengalaman selama 2 (dua) jam di Desa Yanedan. Kronologis pelatihan di Desa Yanedan diawali dengan penjelasan singkat oleh TETSURO Toyosighe San, selaku Kepala Rukun Yanagidani di aula pertemuan warga. Penjelasan tersebut menyangkut keadaan Desa Yanedan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini. Setelah sesi pengenalan dan penjelasan dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan (pengamatan) terhadap beberapa kegiatan kunci yang telah berhasil di dalam desa.
 Sumber: http://www.yanedan.com/village/map

Keberhasilan Tetsuro Toyosighe San dalam mengelola kegiatan di desa dapat dilihat dari beberapa jenis kegiatan. 

Pertama, tersedianya sumber dana independen desa. Sumber dana independen tersebut diawali oleh kegiatan siswa siswi SMA desa ini sepuluh tahun lalu dalam memanfaatkan tanah yang sudah lama tidak digunakan untuk budidaya Karaimo (ubi jalar). Kegiatan tersebut diikuti oleh warga dewasa sehingga kini menjadi kegiatan yang diikuti oleh seluruh warga desa. Pada tahun 2004, dengan kerja sama produsen sochu (minuman keras) setempat, mulai memproduksi dan menjual sochu bermerek “YANEDAN”. Selain itu, pada tahun 2002, didirikan pusat produksi dan penjualan mikroba yang menempel di tanah. Selain itu, juga dibuka tempat makan Teuchi Soba (mie Jepang) untuk melayani pengunjung yang berjumlah mencapai 3.000 orang dalam setahun. 

Kedua, promosi permukiman. Mengundang para seniman ke rumah yang tidak dihuni pada tahun 2007, dimulai dengan upaya pemanfaatan rumah kosong, yaitu dengan mengundang para seniman untuk bermukim di rumah yang dinamai Wisma Tamu. Saat ini ada 7 orang seniman yang bermukim di desa ini. 

Ketiga, kesejahteraan lansia. Menghadiahkan tombol ketenangan kepada kaum lansia yang tinggal sendiri. Yanedan yang angka penduduk lansianya tinggi berupaya meningkatkan kesejahteraan lansia dengan menggunakan keuntungan yang didapatkan dari kegiatan produksi. Contohnya adalah memasang alarm peringatan darurat serta alat deteksi asap kebakaran di rumah kaum lansia yang tinggal sendiri, menyewakan kereta dorong kepada lansia dan lain sebagainya. Selain itu, untuk menjaga keamanan dan ketenangan kehidupan masyarakat, desa ini juga membentuk kelompok pencegahan/penanganan bencana independen. 

Keempat, Pendidikan Terakoya (bimbingan belajar) seminggu 3 jam. Membuka Terakoya (bimbingan belajar) yang bertujuan meningkatkan kemampuan dasar belajar anak-anak kelas 4 SD ke atas. Sebagai pembimbingnya adalah para mantan/pensiunan guru di kota Kanoya dan imbalannya dibayar dari alokasi keuntungan hasil kegiatan produksi. 

Kelima, Pengembalian Keuntungan Bonus sebesar 10.000 yen. Pada tahun 2007, sebagian keuntungan dari hasil kegiatan produksi dibagikan sebagai bonus sebesar 10.000 yen kepada seluruh Rumah Tangga desa sebagai tanda terima kasih atas keikutsertaan mereka pada kegiatan desa selama 10 tahun terakhir ini. 

Keenam, diselenggarakannya kegiatan komunikasi lewat siaran radio desa yang dibacakan oleh siswa siswi SMA setiap hari ibu, lalu dilanjutkan pada hari-hari keluarga lainnya, seperti pada hari bapak maupun hari nenek dan kakek. Kegiatan ini mampu mempererat tali silaturrahim sesama warga desa, baik yang ada di dalam desa maupun yang ada di luar desa.

Keberhasilan tersebut telah mengantarkan warga Desa Yanedan menerima berbagai penghargaan, di antaranya: tahun 2002, menerima penghargaan terbaik “Planing Award” pada pertemuan kedelapan masyarakat ilmiah Japan Association for Planning Administration

Tahun 2005, menerima penghargaan sebagai contoh terbaik pemberdayan daerah semenanjung. Tahun 2006, menerima penghargaan pemulihan kembali desa dan kekayaan alam (bidang kegiatan sosial) dari Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (MAFF). Tahun 2007, menerima Penghargaan Perdana Menteri sebagai penghargaan atas kegiatan pengembangan kota dan lingkungan hidup demi masa mendatang.

Kisah sukses tersebut, tidaklah sekonyong-konyong terjadi, tetapi dibangun melalui serangkaian perjuangan yang sulit dan panjang bahkan melalui tetesan air mata dari orang-orang yang menyadari perjuangan tersebut dalam desa, sebutlah sang pemimpin desa, Tetsuro Toyosighe San. Semangat pembangunan desa tersebut patut menjadi inspirasi bagi setiap orang yang menamakan dirinya sebagai pemimpin, sampai pada skala yang lebih kecilpun dalam desa bahkan rumah tangga. Beberapa pesan penting baik tersurat maupun tersirat dapat dipetik dari pengalaman di Desa Yanedan ini.

Pertama. Tanggung jawab dalam pembangunan negara dan daerah pada hakekatnya adalah sama, pembangunan negara adalah penting tetapi pembangunan daerah juga penting, dua-duanya penting dan memerlukan kader. Demikian pesan pembuka yang disampaikan oleh Tetsuro Toyosighe San.

Kedua. Kesulitan dalam pembangunan daerah adalah tidak cukup hanya dengan semangat, tetapi bagaimana caranya memberikan motivasi kepada masyarakat desa untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan desa. Membangkitkan motivasi warga inilah merupakan saat yang paling banyak mengeluarkan air mata. 

Ketiga. Pembangunan daerah harus dimulai dengan pembentukan fundasinya, yakni dengan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. Penciptaan SDM tersebut harus dilakukan dengan membangun motivasi masyarakat.

Keempat. Dalam masyarakat bisa dipastikan akan ada pihak-pihak tertentu yang tidak akan setuju. Selama 2 (dua) tahun, Tetsuro Toyosighe San menghadapi dengan penuh kesabaran, dengan tidak menggunakan kata “perintah” dan tidak “memaksa warga” sama sekali.

Kelima. Berusaha mengetahui wajah orang dengan kontak mata (eye contact) dan memandang dengan “keharuan” seraya memastikan seluruh warga desa mengenali sang pemimpin, tidak hanya pada kalangan orang dewasa bahkan hingga anak-anak sekalipun. Lalu mengunjungi sekolah-sekolah anak-anak bersama para lansia serta menyapa dan memanggil anak-anak itu dengan nama lengkap, hingga anak-anak pun merasa terharu.

Keenam. Dalam desa harus memperhatikan suara minoritas, walaupun hanya 1% atau bahkan kurang dari itu. Karena bila ada 3 (tiga) orang merasa benci dalam desa, maka boleh jadi di belakang mereka akan ada sebanyak    10 – 15 orang, atau bahkan lebih.

Ketujuh.  Melakukan sesuatu dalam desa harus tanggap dengan angka. Ini artinya butuh data dalam melakukan pembangunan desa agar capaian pembangunan desa selalu terukur.

Kedelapan. Seorang pemimpin harus mengetahui “kemampuan yang tersimpan” dalam desa. Dengan demikian, desa dapat bergerak membangun melalui kemampuan yang dimilikinya, bukan dari apa yang dimiliki pihak lain.

Kesembilan. Walaupun dalam desa, akan ada yang tidak suka, tetapi harus ada upaya untuk mengubah pikiran mereka untuk bisa bekerjasama.

Menyaksikan apa yang terjadi di Yanedan sesungguhnya kita telah menemukan desa yang telah sampai pada taraf Desa Otonom, terbukti dalam kurun waktu sepuluh tahun ini, Desa Yanedan telah menolak bantuan pemerintah, dan telah bergerak membangun desanya atas kemampuan yang dimilikinya.

Poin penting di balik perjalanan sukses Desa Yanedan yang dapat menjadi pelajaran adalah:

Pertama, adanya kepemimpinan yang selalu konsisten memotivasi warganya untuk senantiasa bekerja sama dari apa yang dimiliki desanya. 

Kedua, mengamati Pembangunan Desa Yanedan, sesungguhnya nampak ada ritme gerak pembangunan yang terpola, dimulai dari fase penyadaran masyarakat lalu membentuk kekuatan kelembagaan hingga pengembangan jaringan. 

Ketiga, menilik peran sentral seorang Tetsuro Toyosighe San, sesungguhnya bermakna bahwa beliau tidak hanya secara kaku menjadi seorang pemimpin an sich, tetapi ia berperan lebih dari itu, yakni sebagai seorang fasilitator. Dari sini dapat dimaknai bahwa seorang fasilitator tidak hanya karena peran profesi saja (misalnya pada pegiat LSM saja), tetapi juga bisa diperankan pada posisi dan fungsi apapun yang dimiliki seseorang. 

Keempat, membangun desa tidak mesti harus dimulai dari banyak orang, tetapi dapat dimulai dari sebagian kecil orang-orang yang sadar lalu menjadi gerakan bersama dalam desa. 

Kelima, perlunya pemahaman tentang kekuatan dan kelemahan desa serta mampu membaca peluang dan tantangan di luar desa yang dapat memastikan arah pembangunan desa. 

Keenam, Perlunya konsistensi dalam memperjuangkan pembangunan desa. Konsistensi dalam memperjuangkan pembangunan desa memberikan keyakinan akan kesungguhan pemimpin dalam membangun desa. 

Ketujuh, pembangunan desa harus dapat menjangkau kepentingan seluruh warga, sehingga dapat mempertegas perlunya kerjasama dan partisipasi masyarakat. 

Kedelapan, sesungguhnya menjadi desa yang unggul tidak harus dengan mendatangkan sesuatu dari luar untuk memulainya, Desa Yanedan telah memberikan bukti bahwa bergerak dengan apa yang dimiliki oleh desa, masyarakat akan bisa maju dan sejahtera, bahkan memberikan pengaruh terhadap keadaan di luar desa mereka. 

Kesembilan, keunggulan Desa Yanedan adalah memiliki fasilitator yang ada dalam desa (Tetsuro Toyosighe San), sehingga lebih memudahkan pendalaman atas apa yang terjadi di desa, dibandingkan bila harus melalui fasilitator dari luar. 

Kesepuluh, Desa Yanedan tidak hanya berhasil dalam membangun kerjasama dan partisipasi warga desa, tetapi mereka juga mampu menciptakan pasar tidak hanya untuk kepentingan dalam desa namun juga berkat keberhasilan Warga Yanedan, sampai-sampai mampu menarik perhatian pengusaha Hotel Korea untuk membuka restoran dengan merek Yanedan di hotelnya di Korea.

Desa kita, tidak mesti menjadi Yanedan-Yanedan berikutnya, karena tentu saja kita memiliki banyak perbedaan dengan Yanedan, akan tetapi semangat, kerjasama dan keteguhan serta ketepatan dalam mengelola pembangunan desa itu akan menjadi hal penting untuk ditiru. Karena ternyata semangat dan niat baik untuk membangun desa tidak cukup untuk menjadi dasar pembangunan, tetapi harus ditopang oleh kepemimpinan, keteguhan, kesabaran, kerjasama, keikhlasan dan ketepatan mengambil keputusan dalam membangun desa. Mungkin akan sangat langka menemukan tokoh seperti Tetsuro Toyosighe San, yang selalu berupaya sungguh-sungguh memberikan penyadaran kepada warganya, sampai air mata kepemimpinan dan keikhlasannya menetes, tetapi ia tak putus asa, karena ia berharap akan ada waktu di mana semuanya akan menjadi mudah dengan suka cita bersama…

Hanya Butuh Keteguhan Dalam Memperjuangkan yang Baik dan Benar dengan Tepat, Setelahnya akan ada Banyak Kesuksesan Menyertai. Insya Allah !!!

(Tulisan ini direkonstruksi dari tulisan Sunarwan Asuhadi yang pernah dimuat di CD Newsletter JICA CDP tahun 2009)

0 comments:

Posting Komentar

Komentar

Profil Kabar MEAKA

https://www.kabar-meaka.blogspot.com/

Link Website Desa/Kelurahan Se-Wakatobi

Kec. Wangiwangi - Kec. Wangsel - Kec. Kaledupa - Kec. Kaledupa Selatan - Kec. Tomia - Kec. Tomia Timur - Kec. Binongko - Kec. Togo Binongko

Koroe Onowa - Longa - Maleko - Pada Raya Makmur - Patuno - Pookambua - Posalu - Sombu - Tindoi - Tindoi Timur - Waelumu - Waginopo - Waha - Wapia-Pia - Pongo - Waetuno - Wanci - Wandoka - Wandoka Selatan - Wandoka Utara - Kabita - Kabita Togo - Kapota - Kapota Utara - Komala - Liya Bahari Indah - Liya One Melangka - Liya Togo - Liyamawi - Matahora - Mola Bahari - Mola Nelayan Bakti - Mola Samaturu - Mola Selatan - Mola Utara - Numana - Wisata Kolo - Wungka - Mandati I - Mandati II - Mandati III - Ambeua Raya - Balasuna - Balasuna Selatan - Horuo - Kalimas - Lewuto - Mantigola - Ollo - Ollo Selatan - Samabahari - Sombano - Waduri - Ambeua - Buranga - Lagiwae - Laolua - Darawa - Kaswari - Langge - Lentea - Pajam - Peropa - Sandi - Tampara - Tanjung - Tanomeha - Kollo Soha - Lamanggau - Patua - Patua II - Runduma - Teemoane - Waitii - Waitii Barat - Onemay - Waha - Dete - Kahianga - Kulati - Timu - Wawotimu - Bahari - Patipelong - Tongano Barat - Tongano Timur - Jaya Makmur - Kampo-Kampo - Lagongga - Makoro - Palahidu Barat - Palahidu - Rukuwa - Taipabu - Wali - Haka - Oihu - Popalia - Sowa - Waloindi

Ikuti Kabar MEAKA di Facebook

Ikuti Kabar MEAKA di Twitter

Ikuti Kabar MEAKA di Youtube

Recent Post

Link Web Desa IDM Terbaik Nasional 2018

Ngroto - Gondang - Munggur - Ngringo - Sukosewu

Link Web Desa IDM Terbaik Sultra 2018

Banabungi - Lambandia - Waemputang