Senin, 09 Maret 2020

Kalau ada yang bertanya; desa apa di Wakatobi yang paling dekat dengan Jakarta? Tentu jawabannya adalah Desa Matahora dan Desa Longa. Kenapa? Karena di kedua desa ini terdapat bandar udara di Kabupaten Wakatobi, yakni Bandara Matahora.

Dari bandara inilah anda akan di antar menuju dari dan ke Wakatobi, atau anda akan bepergian ke berbagai wilayah di tanah air dari Wakatobi.

Eits, tapi tunggu dulu, bukankah ada Bandar udara Maranggo di Tomia, yang melayani rute Bali – Wakatobi (PP). Benar, hanya saja saat ini, bandar udara yang melayani penerbangan reguler masih dilakukan di Bandara Udara Matahora.


Sumber: https://finance.detik.com

Dengan demikian, Desa Matahora dan Desa Longa ibaratnya menjadi front area bagi Kabupaten Wakatobi melalui jalur transportasi udara. Dulu, kedua desa ini berasal dari komunitas yang sama, yakni Longa.

Tetapi tahukah anda asal mula nama komunitas ini (Longa)?

Setidak-tidaknya ada tiga versi yang masih bisa ditemukan dari warga Desa Longa sendiri. Versi pertama adalah versi Muhammad Yamin (mantan Kades Longa). Menurutnya, konon dahulu kala, ada rombongan bangsawan dari Tanah Kei (Maluku) yang hendak ke Tanah Buton, mencari keluarganya.

Perahu yang mereka tumpangi terdampar di karang Oroka (Pasi Oroka). Rombongan tersebut lalu mencari tempat bernaung. Mereka lalu sejenak beristrahat di sebuah mata air yang sekarang dikenal dengan moli’i Kei (letaknya di sekitar dekat Pesantren Baabussalam Matahora).

Rombongan ini hendak menuju tempat yang tinggi (ke arah Tindoi). Di tengah perjalanan mereka pun kehausan, tiba-tiba mereka melihat burung yang basah dari arah gua. Oleh Sang Tuan memerintahkan pengawalnya untuk mengecek keberadaan gua tersebut, setelah dibuktikan ada air dalam gua tersebut dan ternyata rasanya tawar, lalu sang bangsawan pun minum. Setelah minum sang bangsawan merasa hu u hu u (puas), lalu gua itu pun disebut dengan gua hu u hu u (letaknya tak jauh dari Bandara Matahora).

Dalam perjalanan menuju tempat yang tinggi tersebut, mereka mendapatkan kendala dengan lebatnya hutan dan hampir-hampir mereka tidak bisa jalan, sehingga sang bangsawan memerintahkan rombongannya untuk longa (jalan melalui pantai).

Tempat di mana sang bangsawan memerintahkan untuk longa inilah yang diyakini menjadi asal usul kata Longa, yang kemudian dipakai sebagai nama perkampungan Longa, yang dikenal sebagai Perkampungan lama (Sekitar 1 km dari Desa Longa menuju arah Selatan).

Versi kedua dari La Ode Marawa (Ex Anggota BPD Desa Longa). Versi ini mirip dengan versi Muhammad Yamin, namun yang membedakan hanya terkait asal muasal sang bangsawan. Dalam versi ini, dikatakan bahwa sang bangsawan merupakan putra ketiga Raja Flores, yang meninggalkan Flores karena peperangan.

Sang bangsawan melarikan diri melalui perahu dan terdampar di Pulau Wada (sekarang Pulau Banda). Karena di sana ada ancaman gempa bumi, maka sang bangsawan pindah ke Pulau Kei.

Karena suatu sebab kembali melanjutkan perjalanan, dan tepat di karang Koko (Pasi Koko) perahu yang ditumpanginya mengalami kerusakan, dan setelah 7 hari 7 malam mereka terdampar di One Longe (sekarang nama sebuah dusun di Desa Longa). Selanjutnya, cerita kurang lebih seperti versi satu. Dalam versi ini dikatakan bahwa kuburan sang bangsawan berada di Buku Desa Wungka, dan masih bisa ditemukan hingga sekarang.

Versi Ketiga berasal dari La Udu (Tokoh Masyarakat Desa Longa). Dalam versi ini, dikatakan bahwa dulu ada perkampungan penyamun di wilayah Longa. Selang beberapa waktu, Kesultanan Buton mengirim utusan seorang bangsawan (La Ode Guntu).

Dalam versi ini proses pengutusan bangsawan ini dikenal dengan istilah no kalongae oleh Sultan Buton. No kalongae memiliki arti diberangkatkan, dalam misi ini adalah untuk menaklukan para penyamun.

Terlepas dari sahih tidaknya ketiga versi di atas, yang perlu digarisbawahi adalah kesamaan asal muasal kata longa yang diadopsi dari kata 'longa' itu sendiri, yang bermakna ‘menyeberangi pantai/laut’ atau ‘berjalan melalui laut’.

Untuk kebutuhan kesahihan informasi, mungkin dapat dilakukan penelusuran lebih lanjut, di antaranya terkait dengan kosa kata ‘longa’, apakah merupakan kosa kata dari Flores, Banda, Kei, atau Wolio (Buton). [MN]

Ayo #CeritakanWakatobi

0 comments:

Posting Komentar

Komentar

Profil Kabar MEAKA

https://www.kabar-meaka.blogspot.com/

Link Website Desa/Kelurahan Se-Wakatobi

Kec. Wangiwangi - Kec. Wangsel - Kec. Kaledupa - Kec. Kaledupa Selatan - Kec. Tomia - Kec. Tomia Timur - Kec. Binongko - Kec. Togo Binongko

Koroe Onowa - Longa - Maleko - Pada Raya Makmur - Patuno - Pookambua - Posalu - Sombu - Tindoi - Tindoi Timur - Waelumu - Waginopo - Waha - Wapia-Pia - Pongo - Waetuno - Wanci - Wandoka - Wandoka Selatan - Wandoka Utara - Kabita - Kabita Togo - Kapota - Kapota Utara - Komala - Liya Bahari Indah - Liya One Melangka - Liya Togo - Liyamawi - Matahora - Mola Bahari - Mola Nelayan Bakti - Mola Samaturu - Mola Selatan - Mola Utara - Numana - Wisata Kolo - Wungka - Mandati I - Mandati II - Mandati III - Ambeua Raya - Balasuna - Balasuna Selatan - Horuo - Kalimas - Lewuto - Mantigola - Ollo - Ollo Selatan - Samabahari - Sombano - Waduri - Ambeua - Buranga - Lagiwae - Laolua - Darawa - Kaswari - Langge - Lentea - Pajam - Peropa - Sandi - Tampara - Tanjung - Tanomeha - Kollo Soha - Lamanggau - Patua - Patua II - Runduma - Teemoane - Waitii - Waitii Barat - Onemay - Waha - Dete - Kahianga - Kulati - Timu - Wawotimu - Bahari - Patipelong - Tongano Barat - Tongano Timur - Jaya Makmur - Kampo-Kampo - Lagongga - Makoro - Palahidu Barat - Palahidu - Rukuwa - Taipabu - Wali - Haka - Oihu - Popalia - Sowa - Waloindi

Ikuti Kabar MEAKA di Facebook

Ikuti Kabar MEAKA di Twitter

Ikuti Kabar MEAKA di Youtube

Recent Post

Link Web Desa IDM Terbaik Nasional 2018

Ngroto - Gondang - Munggur - Ngringo - Sukosewu

Link Web Desa IDM Terbaik Sultra 2018

Banabungi - Lambandia - Waemputang